Pelajar Indonesia kembali mencatatkan prestasi di tingkat internasional, kali ini pada ajang bergengsi Olimpiade Geografi Internasional ke-20 atau 20th International Geography Olympiad (iGeo) 2024. Kompetisi ini berlangsung pada 19-24 Agustus 2024 di Dublin, Irlandia.

Indonesia sukses meraih tiga medali emas, satu medali perunggu, dan posisi kedua pada kompetisi poster, dalam acara yang diikuti oleh 183 peserta dari 46 negara. Dengan pencapaian tersebut, Indonesia dinobatkan sebagai juara umum pada tahun 2024.

Empat pelajar yang mewakili Indonesia dalam iGeo adalah Adelio Rasendriya Hafindika (SMA Pradita Dirgantara Boyolali), Nareswari Tarisa Kirana (SMA Pribadi Bandung), Rhesa Narayana Rasmara (SMA Negeri 2 Tangerang Selatan), dan Ahmad Fauzan Mubarok (SMA Negeri 21 Jakarta).

Keempat pelajar tersebut telah melalui serangkaian seleksi berjenjang mulai dari tingkat Kabupaten/Kota, Provinsi, hingga Nasional, dilanjutkan dengan pembinaan intensif.

Tiga medali emas diraih oleh Adelio Rasendriya Hafindika dari SMA Pradita Dirgantara Boyolali, Rhesa Narayana Rasmara dari SMA Negeri 2 Tangerang Selatan, dan Ahmad Fauzan Mubarok dari SMA Negeri 21 Jakarta. Sementara itu, satu medali perunggu diperoleh oleh Nareswari Tarisa Kirana dari SMA Pribadi Bandung.

Selama berkompetisi di ajang iGeo 2024, Tim Olimpiade Geografi Indonesia (TOGI) didampingi oleh dua pembina utama, yaitu Djati Mardiatno dari Universitas Gadjah Mada (UGM) dan Dewayany Sutrisno dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN). Kehadiran mereka sebagai pendamping bukan hanya memberikan dukungan teknis dalam hal materi dan strategi kompetisi, tetapi juga berperan penting dalam mempersiapkan mental dan motivasi para peserta agar siap menghadapi tantangan kompetisi tingkat dunia.

Djati Mardiatno dan Dewayany Sutrisno merupakan anggota kunci dari TOGI yang telah berperan dalam pembinaan jangka panjang untuk para siswa yang berkompetisi di iGeo. Mereka mengarahkan para peserta melalui berbagai metode pembelajaran yang inovatif, dengan tujuan tidak hanya mempersiapkan mereka untuk berkompetisi, tetapi juga memperluas wawasan geografis siswa secara lebih mendalam. Metode yang mereka gunakan meliputi simulasi tes, latihan lapangan, serta diskusi tentang isu-isu geografi global, yang sangat relevan dalam menghadapi soal-soal di ajang internasional.

Selain berfokus pada kesiapan akademis peserta, Djati dan Dewayany juga melihat adanya peluang untuk meningkatkan kualitas pembelajaran geografi di Indonesia secara lebih merata. Selama ini, akses terhadap pembinaan yang berkualitas sering kali terpusat di Pulau Jawa, namun melalui partisipasi di ajang internasional seperti iGeo, mereka berharap dapat mendorong penyebaran kualitas pendidikan geografi yang lebih luas, terutama ke wilayah-wilayah di luar Jawa. Mereka meyakini bahwa potensi siswa di seluruh Indonesia harus diberdayakan melalui pembinaan yang setara.

Komitmen Djati Mardiatno dan Dewayany Sutrisno tidak hanya terbatas pada mendampingi siswa selama kompetisi, tetapi juga pada upaya jangka panjang untuk memperbaiki sistem pembelajaran geografi di Indonesia. Mereka terus mendorong kerjasama antara lembaga pendidikan, riset, dan pemerintah untuk mengembangkan kurikulum yang lebih inklusif dan mendorong minat siswa terhadap ilmu geografi, baik di tingkat nasional maupun internasional.